Ketika BJ Habibie wafat sampai kemudian dimakamkan, publik banyak yang bertanya-tanya. Kemana keluarga Pak Harto?
![]() |
Presiden Soeharto dan Wakil Presiden BJ. Habibie |
Oleh : Hersubeno Arief
Ketika BJ Habibie wafat sampai
kemudian dimakamkan, publik banyak yang bertanya-tanya. Kemana keluarga
Pak Harto?
Kok tidak ada satupun yang tampak
hadir takziah, menyampaikan duka cita. Begitu juga ketika pemakaman
berlangsung. Tiga orang presiden RI,
Jokowi, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono tampak hadir. Mereka mengantarkan
Habibie ke tempat peristirahatann ya yang terakhir.
Tapi rasanya tetap tidak afdhal,
tanpa kehadiran keluarga Pak Harto. Bagaimanapun bila kita bicara soal Habibie,
sampai kemudian tampil ke tampuk kepemimpinan nasional, tak bisa dilepaskan
begitu saja dengan peran Pak Harto.
Di akun media sosial milik keluarga
Cendana, juga sama sekali tak ada ucapan duka cita. Di Instagram ada yang
mengucapkan duka cita mengatasnamakan Titiek Soeharto. Namun akun medsos
tersebut, bukan akun resmi Mbak Titiek.
Mereka hanya diam seribu basa.
Termasuk kepada orang-orang dekatnya. Seorang teman yang dikenal dekat dengan
keluarga Cendana, mengaku sempat mengirim pesan.
”Apakah berencana untuk takziah, atau mengantar ke pemakaman?” Namun pesan itu tak berbalas.
Hubungan antara Habibie dan mentor
politiknya itu, tak pelak merupakan spekulasi paling menarik dalam sejarah
politik kontemporer Indonesia.
Banyak buku diterbitkan. Banyak
wartawan yang mencoba mengoreknya. Termasuk wawancara khusus dengan Habibie.
Namun semuanya masih menyisakan pertanyaan besar yang menggantung.
Sang pelaku utama, Pak Harto
mengunci rapat-rapat mulutnya. Membawa misteri itu sampai ke liang lahat. Sikap
yang sama juga dilakukan oleh putra-putrinya. Bahkan sampai Habibie wafat.
Konsisten sampai akhir hayat
Hubungan antara Habibie dan Pak
Harto, bukan hanya antara seorang patron dan klien. Keduanya dihubungkan dengan
kaitan tali temali personal yang jauh lebih lama. Sejak Habibie masih remaja
belasan tahun. Soeharto menjadi perwira menengah TNI.
Pada tahun 1950 ketika berlangsung
pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan. Sebagai Komandan Resimen Mataram,
Letkol Soeharto ditugaskan memadamkan pemberontakan.
Di Kota Makassar Habibie tinggal
persis berseberangan dengan markas Resimen Mataram. Barangkali karena ibu
Habibie juga berasal dari Yogya, membuat mereka menjadi dekat. Rumah Habibie
sering digunakan rapat oleh Letkol Soeharto dan stafnya.
Ketika Alwi Abdul Djalil, ayah
Habibie wafat, Soeharto lah yang menutupkan matanya. Kakak Habibie juga menikah
dengan Kapten Subono Mantofani anak buah Soeharto. Kelak ketika Soeharto berkuasa, Subono menjadi
salah satu orang kepercayaannya. Dia pernah menjadi Dirut Percetakan Uang
Negara (Peruri).
Lama terpisah. Habibie merintis
karir di industri penerbangan di Jerman. Soeharto menjadi penguasa Orde Baru.
Karena kecemerlanganny a, Habibie ditarik pulang ke Jakarta. Seperti kita ketahui Habibie kemudian menjadi
anak emas Soeharto. Karirnya terus menanjak sampai puncak.
Setelah menjadi Wapres, Habibie
akhirnya menjadi presiden. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri
setelah 32 tahun berkuasa. Mundurnya Soeharto dan naiknya Habibie inilah
menjadi titik perpecahan keduanya.
Habibie berkali-kali mencoba
menemui Soeharto. Baik mencoba berkomunikasi langsung, maupun melalui mediator.
Namun tak pernah berhasil. Termasuk ketika Pak Harto koma di RS Pertamina,
Jakarta.
Habibie saat itu tengah di Eropa
menemani istrinya Ibu Ainun menjalani terapi. Dia memaksakan diri kembali ke
Jakarta, hanya untuk bertemu Pak Harto. “Saya terbang jutaan kilometer, padahal
Ibu Ainun sedang sakit,” ujar Habibie.
Lagi-lagi Habibie harus kecewa. Dia
hanya ditemui Quraish Shihab yang selalu mendampingi Pak Harto. Dari balik
kaca, Habibie dan istri berdoa untuk Pak Harto. Dari berbagai upayanya
berkomunikasi dengan Pak Harto, hanya sekali Habibie berhasil. Bicara melalui
telefon. Itu pun hanya beberapa detik.
Sebagaimana diungkap Habibie,
sehari setelah Pak Harto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998, dia
berhasil bicara melalui telefon. Pak Harto tetap menolak bertemu.
“Saya sudah tua. Laksanakan saja
tugasmu dengan baik. Kita bertemu secara batin saja,” ucap Pak Harto
sebagaimana ditulis Makmur Makka orang dekat Habibie dalam buku: Total Habibie,
Kecil tapi Otak Semua.
Versi yang sedikit lebih panjang
dituturkan Habibie ketika diwawancarai oleh Najwa Shihab. Menurutnya keputusan
menolak bertemu, adalah demi kebaikan bangsa dan negara. Dalam percakapan
tersebut Pak Harto mengaku, setiap usai salat lima waktu selalu mendoakan agar
Habibie sukses menjalankan tugas sebagai Presiden.
Berbagai spekulasi)
Berbagai penjelasan Habibie itu
tetap tidak menjawab pertanyaan utama. Mengapa Pak Harto menolak bertemu
Habibie? Bahkan disaat-saat menjelang akhir hayatnya, sikap itu dilanjutkan
oleh keluarga Cendana.
Sebegitu dalam kah, luka dan sakit
hati yang ditorehkan Habibie? Ada yang menghubung-hubu ngkan patah arangnya
hubungan “bapak dan anak” ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, Habibie dianggap
mengkhianati Soeharto. Dia berada di belakang mundurnya 14 orang menteri,
sehingga Pak Harto gagal melakukan reshufle kabinet. Akibatnya tak ada pilihan
lain bagi Pak Harto, harus mengundurkan diri.
Kedua, harusnya ketika pak Harto
mundur, maka Habibie juga ikut mengundurkan diri. Bukan malah mengambil-alih
posisi sebagai Presiden. Ketiga, sebagai orang yang dibesarkan Pak Harto, Habibie
tidak memegang prinsip “mikul duwur, mendem jero.”
Menjunjung tinggi kehormatan dan
mengubur dalam-dalam semua kesalahan orang tua sekaligus pendahulunya. Sebagai
Presiden Habibie dinilai tidak bisa mencegah MPR untuk membuat ketetapan
pengusutan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) Soeharto dan keluarganya.
Benarkah?
Soal pengkhianatan, Habibie dan
para menteri yang menolak masuk Kabinet Reformasi membantahnya. Dalam buku yang
juga ditulis Makmur Makka “Sidang Kabinet Terakhir Orde Baru: 12 Jam Sebelum
Presiden Soeharto Mundur” Habibie memberi kesaksian. Dia tidak tahu menahu ada
rencana penolakan 14 orang menteri. Apalagi terlibat dan menjadi mastermindnya.
Benar bahwa dari 14 orang menteri
tersebut, beberapa orang diantaranya dikenal sebagai orang dekatnya.
Habibie mengakui mengetahuinya
setelah mendapat telefon dari Ginanjar. Habibie juga tidak pernah membaca surat
penolakan 14 orang tersebut. Pernyataan Habibie dibenarkan oleh Ginanjar dalam
buku yang sama.
Pada tanggal 20 Mei 1998 sebagai
Menko Ekuin/Kepala Bappenas Ginanjar mengundang para menteri di bawah
koordinasinya. Semua hadir, kecuali tiga orang. Menhut Bob Hasan, Menkeu Fuad
Bawazier dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Juwono Sudarsono.
Mereka yang hadir adalah : Menteri
Negara Perumahan dan pemukiman Akbar Tandjung, Menteri Transmigrasi dan PPH AM
Hendropriyono, Ginanjar Kartasasmita, Menteri Perhubungan Giri Suseno, Meneg
Pangan dan Hortikultura Haryanto Dhanutirto. Menteri Pertanian Justika Baharsjah,
Menteri Pertambangan Kuntoro Mangkusubroto, Menteri PU Rahmadi Bambang
Sumadhijo, Menteri Negara Ristek Rahardi Ramelan, Menteri Koperasi dan PPK
Subiakto Tjakrawerdaya, Menteri Negara Investasi dan BKPM Sunyoto
Sastrowardoyo, Menteri Kehutanan Sumahadi, Menteri Tenaga Kerja Theo L
Sambuaga, dan Menteri BUMN Tanri Abeng.
Dalam pertemuan tersebut
disepakati, mereka menolak rencana Pak Harto untuk membentuk Kabinet Reformasi
dan tidak bersedia bergabung. Alasannya situasi ekonomi sudah memburuk. Tidak
mungkin diatasi dengan pembentukan kabinet baru. Mereka membuat surat kepada
Pak Harto. Akbar Tandjung yang membuat draft surat. Kemudian Ginanjar
menitipkannya melalui Mbak Tutut putri Pak Harto yang menjabat sebagai Menteri
Sosial. Mereka tak ada yang berani menyampaikan surat itu langsung ke Pak
Harto.
Kalau menyimak penuturan Ginanjar,
yang justru sangat berperan dua orang. Ginanjar dan Akbar.
“Bukan Habibie yang merekayasa.
Bahkan akan mencegah saya. Meminta saya menahan surat itu, dan agar menarik
surat itu,” ujar Ginanjar.
Mengapa Habibie tidak ikut
mengundurkan diri bersama Pak Harto? Dalam wawancara dengan Andy F Noya pada
program Kick Andy, dia menegaskan, sudah kewajiban baginya sebagai wakil untuk
meneruskan kepemimpinan presiden yang mundur.
"Kalau presiden berhalangan,
maka saya berkewajiban untuk melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia, yang
tercantum dalam ketetapan-ketet apan MPR," tegasnya.
Setelah Soeharto lengser, MPR
membuat Ketetapan Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dalam Pasal 4 Tap MPR XI/MPR/1998 berisi
perintah negara untuk melakukan penegakan hukum terhadap mantan Presiden
Soeharto.
Munculnya TAP MPR ini sangat
menyakitkan Pak Harto dan keluarganya. Sebagai Presiden, Habibie dianggap tidak
menggunakan kekuasaannya mencegah lahirnya TAP ini. Lebih menyakitkan lagi,
sebagai mandataris MPR Habibie menjalankan TAP tersebut dengan memerintahkan
Jaksa Agung Andi Ghalib memeriksa Pak Harto. Habibie tidak mikul duwur mendem
jero. Benarkah semua spekulasi itu?
Setelah Pak Harto dan Habibie
wafat, tinggal keluarga besar Cendana yang sangat memahami apa yang sebenarnya
terjadi. Semoga suatu hari, semuanya
terbuka. Menghilangkan satu ganjalan dalam sejarah perjalanan bangsa.
Pak Harto dan Habibie sudah pergi
meninggalkan kita. Menghadap Sang Khalik. Sang Maha Pencipta. Lepas dari berbagai kesalahannya, dua-duanya
akan dikenang sebagai presiden yang meninggalkan warisan (legacy) besar, bagi
bangsa dan negara.
Manusia besar, juga manusia biasa.
Mereka juga pernah berbuat khilaf dan salah.
Tugas kita mengenang dan belajar
dari kebaikannya. Belajar dari kesalahannya. Bukan mencari-cari kesalahannya.
End
![]() |
Oleh: Hersubeno Arief (Penulis viral media sosial) |